Rabu, 24 Oktober 2018

Ngaji sik Bung!

Kasus pembakaran bendera Hisbut Tahrir saat peringatan Hari Santri cukup menarik jika mau ditelaah lebih jauh. Polemik muncul, apakah itu kalimat Tauhid, atau "cuma" sebuah bendera organisasi.

Dari perdebatan mengenai Ar-Rayah dan Al-Liwa, perang Sanad Hadits, dan segala perdebatan copas-copasan artikel dari para jamaah Al-Googliyah wal Fesbukiyah dengan para santri yang ga bisa nunjukin link argumen, karena emang pengetahuannya berdasar pada pengalaman dan buku cetak, bukan pdf (terkadang lalu diteruskan dengan ad hominem cebong-kampret,entah nyambungnya di mana...)

Lalu, apakah yang menarik? Well, buat saya pribadi ini cukup menarik jika mau ditelaah, mungkin ini tidak cukup mendalam, tapi ya ini cuma berdasarkan pengetahuanku tentang Hak Kekayaan Intelektual, dimana Logo dan Merek juga diatur.

Suatu logo memiliki daya pembeda dan dipergunakan dapat berupa:
  •   gambar, seperti lukisan burung garuda pada logo Garuda Indonesia atau gambar kelinci pada logo Dua Kelinci;
  •  kata, seperti Google, Toyota, atau Mandiri;
  •  nama, seperti Tommy Hilfiger atau Salvatore Ferragamo;
  • frasa, seperti Sinar Jaya atau Air Mancur;
  •  kalimat, seperti Building for a Better Future atau Terus Terang Philip Terang Terus;
  •   huruf, seperti huruf "F" pada logo Facebook atau huruf "K" pada logo Circle-K;
  •  huruf-huruf, seperti IBM atau DKNY;
  •  angka, seperti angka "7" pada logo Seven Eleven atau angka "3" pada logo provider GSM Three;
  • angka-angka, seperti merek rokok 555 atau merek wewangian 4711;
  •  susunan warna, seperti pada logo Pepsi atau Pertamina;
  •  bentuk 3 (tiga) dimensi;
  •   suara;
  •  hologram;
  •  kombinasi dari unsur-unsur tersebut.

Suatu Merek tidak dapat didaftar apabila:

  • Pendaftarannya dilandasi dengan itikad buruk. Katakanlah seorang pengusaha ayam goreng mendaftarkan merek CIPUTAT FRIED CHICKEN di kelas dan jenis barang-barang hasil olahan daging ayam. Jika ada pengusaha lain yang mencoba mendaftarkan merek yang sama untuk kelas dan jenis jasa restoran dengan niatan untuk menghalangi pengusaha pertama, maka pendaftaran ke dua bisa dianggap dengan itikad tidak baik dan dengan demikian semestinya tidak dapat didaftar;
  •  Bertentangan dengan perundang-undangan, moralitas agama, kesusilaan atau ketertiban umum. Salah satu contohnya adalah merek Buddha Bar yang kemudian dibatalkan karena dianggap bertentangan dengan agama;
  • Tidak memiliki daya pembeda, misalnya tanda tanya "?" atau huruf balok tunggal "K" dalam perwujudan yang biasa/lazim. Namun tanda tanya "?" yang diberi ornamen seperti pada logo Guess, atau huruf tunggal "K" yang ditampilkan dalam tata artistik tertentu seperti pada logo Circle-K, bisa didaftar;
  •  Telah menjadi milik umum, seperti tanda tengkorak bajak laut atau palang seperti pada palang merah. Namun jika diberi ornamen tambahan seperti tengkorak pada logo Skullcandy atau palang pada logo Swiss Army, bisa didaftar;
  •  Menerangkan barang/jasanya itu sendiri. Apple tidak dapat didaftarkan sebagai merek untuk buah-buahan, tapi bisa didaftar untuk merek produk elektronik.

Sekarang, kita lihat logo Hisbut Tahrir dan Hizbut Tahrir Indonesia

ini logo Hisbut Tahrir (internasional), dengan berbagai variannya, 

tapi tetap, unsur utamanya adalah ini:
Ar-Rayah versi Hisbut Tahrir



Kemudian diadaptasi di Indonesia oleh Hisbut Tahrir Indonesia menjadi seperti ini:

Dan, underbow-underbow HTI menggunakan logo-logo turunannya. Beberapa diantaranya,


Sekarang, kalau lihat foto-foto ini

Ar-Rayah dan Al-Liwa diabuse dalam segala event Hizbut Tahrir, selalu dibawa dan dijadikan identitas oleh kelompok HTI (Hisbut Tahrir Indonesia). Secara lambang HT/HTI memang merujuk pada Ar-Rayah dan Al-Liwa tersebut.

Nah, kalau melihat aturan tentang merek dan logo, bagaimana? Postingan blog ini kan memang berfokus pada permasalahan logonya, maka ayo kita telaah bersama.
Ayo kita lihat kembali Ar-Rayah


Ar-Royah versi HT/HTI adalah semacam ini. Konon ini panji hitam Rasulullah. Debatable lagi, karena pada era Rasulullah penulisan huruf hijaiyah tidak seperti itu. Ada riwayat juga kalo Ar-Rayah dan Al-Liwah itu ternyata polos, tanpa tulisan apapun (teknologi tekstil pada era itu tidak memungkinkan untuk menambahkan tulisan pada kain).
Jikalau memang ini Panji milik Rasulullah, maka tidak ada kelompok yang lebih berhak memakainya sebagai identitas pribadi golongannya, seperti pada aturan :
“Telah menjadi milik umum, seperti tanda tengkorak bajak laut atau palang seperti pada palang merah. Namun jika diberi ornamen tambahan seperti tengkorak pada logo Skullcandy atau palang pada logo Swiss Army, bisa didaftar”

Sama halnya, tidak bisa mengklaim bendera Merah Putih adalah milik kelompok sendiri, karena Bendera Merah Putih adalah bendera milik keseluruhan Bangsa Indonesia.

Jadi, dalam hal ini, HT/HTI tidak punya Ground Valid atas penggunaan Ar-Rayah sebagai lambang organisasinya, tapi tetap saja ada klaim HT/HTI berhak memakai logo ini. Klaim inilah yang kemudian membuat kasus ini semakin melebar. Nggeladrah kemana-mana, sampai menyamakan semua lafadz [لآ اِلَهَ اِلّا اللّهُ مُحَمَّدٌ رَسُوُل اللّهُ ] yang ada di keranda mayat termasuk logo HTI.

Ini adalah sesat pikiran yang berbahaya, sebab dalam logo, ada yang namanya "daya pembeda", dimana ada unsur lain yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi lambang tersebut. Coba kita lihat bendera Saudi Arabiya.

Dalam bendera Saudi Arabiya, ada tambahan pedang di bawah, dan warna background benderanya hijau. Ketika kalimat Tauhid dituliskan di kain hijau ditambah pedang, itu sudah memiliki yang namanya "daya pembeda" dengan kain di keranda tersebut. Kain itu sudah menjadi bendera Saudi Arabiya, bukan Bendera Tauhid.... hehehehe....

Apakah Ar-Rayah memiliki "daya pembeda"? Sayangnya pihak HT/HTI sudah memfabrikasinya. Bagaimana? dengan menyatakan Ar-Rayah (versi HT/HTI) adalah "bendera hitam dengan tulisan kalimat Tauhid di atasnya".

Jadi, saya menyimpulkan bahwa HT/HTI mencoba memfabrikasi klaim hak atas Ar-Rayah dan Al-Liwa, dan membuat Ar-Rayah/ Al Liwa sebagai lambang organisasinya.

Apakah anda marah atas peritiwa pembakaran Bendera HT/HTI? Kalau iya, maka ada 2 kemungkinan.

Anda marah karena bendera Organisasi anda dibakar
Bagus! anda punya loyalitas yang tinggi, sayangnya organisasi anda sudah dilarang di Indonesia, terimalah kenyataan.... kembalilah ke pangkuan Ibu Pertiwi, atau lakukan konsekuensi-konsekuensi yang harus diterima

Anda marah karena Kalimat Tauhid dibakar
Bagus, semangat anda dalam beragama saya acungi jempol. Tapi harap arahkan kemarahan anda kepada HT/HTI yang sudah menggunakan Ar-Rayah dan Al-Liwa sebagai lambang organisasinya. jikalau perlu, bendera Saudi Arabiya juga didemo lah... nanti kalau ada demo perang Yaman dan bakar bendera Saudi Arabiya, bisa jadi bakalan dibakar pula itu bendera.

Itulah hasil ngaji saya Bung, sayangnya kajian saya mungkin berbeda dengan apa yang anda kaji di pengajian anda.

Senin, 20 Juni 2016

Belajar dan mengajar beladiri, nowdays

Tergugah nulis blog lagi, gara2 beberapa teman share tulisan di blog ini, saya punya pandangan yang agak berbeda.
Kebetulan saya belajar beladiri yang sama dengan penulis di blog itu (dan juga kota yang sama), cuma saya mulai belajar saat anak2 (tahun 1991 saya mulai belajar, sampai 1997, setelah itu vakum sampai aktif lagi 2012 kemarin).
Secara garis besar, jaman dulu kami serupa dalam belajar beladirinya. Panggilan "sayang" berupa sensus kebun binatang, latihan monoton yang keras, sampai indoktrinasi kalo beladiri kita itu über alles, semua mirip (kecuali "sentuhan fisik" soalnya saya masih junior, hehehehe...)
1997, saat kelas 2 smp, saya pindah ke kota pelajar. Disini saya sempat mengalami gegar budaya, dimana latihan disini 3x lebih keras (indeed, apakah karena apes masuk dojo untuk tc, atau emang sehari2 seperti itu saya ga tau), sehingga saya masuk ke tahap untuk muak berlatih lagi.
Walaupun sampai pada tahap muak, tapi dalam hati saya masih cinta dengan beladiri saya ini (true). Saya masih buka-buka diktat lama, nonton latihan (nonton doang, mesti ga jarang Mas Adri nyuruh ikut dan ganti Dogi), dan ketika pertama kali kenal internet, dimana anak lain pada sibuk cari bokep atau animr, saya malah cari2 artikel tentang beladiri saya ini... Wakakakakaka lucu dah.
Di era 1997-2012, saya melihat beladiri saya dari luar. Segala referensi saya lahap, kontroversi2 saya baca. Hasilnya pemahaman saya menjadi berubah dari pemahaman teman2 saya sesama praktisi beladiri tersebut secara mainstream.
Selain itu, saya sesekali main ke beberapa dojo untuk sekedar melihat atau bahkan ikut latihan. Pasang surut anggota saya lihat. Dari yang latihan 40orang sampai tinggal 4 orang, lalu naik lagi sampai 20 orang/latihan (belum bisa mengalahkan era tahun <2000 tentang jumlah peserta latihan rata2).
Selain itu, saya juga melihat penurunan kualitas penguasaan, apalagi pemahaman teknik. Seorang sabuk biru gerakannya sangat kacau, mirip sabuk putih, dan banyak lagi (di era setelah 2012 saya jumpa masih banyak yang seperti itu, bahkan lebih parah).
Akhirnya, pada 2011 saya bertemu teman2 satu aliran dalam kunjungan nonton SEA Games di Jakarta (termasuk penulis blog yang saya link di atas itu), sayapun terpanggil untuk aktif lagi. Saya kembali masuk ke dalam dan melihat dari dalam.
Ternyata teknik mengajar, tidak banyak berubah dari masa saya aktif dulu pada masa 1997 ke belakang.
Sempai mengajarkan teknik seperti sempainya dulu mengajarinya. Tidak jarang, si sempai tersebut tidak bisa menjawab pertanyaan berkaitan dengan teknik tersebut yang diberikan oleh kohainya.
Selain itu, satu teknik bisa berbeda2 cara eksekusinya, tergantung dulu gimana sang sempai diajari sempainya dulu. Dan, terkadang banyak yang memaksakan bahwa "my way is the only way", selain itu salah.
Metode pelajaran ini mirip seperti fotokopi. Materi difotokopi, lalu fotokopian tersebut diajarkan ke bawah, fotokopian materi tersebut kembali difotokopi untuk diteruskan ke bawah, begitu seterusnya. Tidak jarang, materi yang disampaikan sekarang itu bisa sangat kabur/tidak jelas karena proses fotokopi berulang tersebut.
Terus gimana?
Perlu diakui, SDM Pelatih sepertinya saat ini kualitasnya tidak sebaik dulu. Kita bicara secara umum, bahkan guru pun tidak sebaik dulu kualitasnya dalam mengajar. Saya dulu kelas 2 sd sudah apal perkalian satu digit, perkalian susun, pembagian susun sederhana. Tapi ketika saya nemenin ponakan kelas 2 sd belajar, konsep dasar aritmetikanya saja belum nyantol.... Yak, separah itu....
Konsep dasar... Ya... Konsep dasar
Masa sekarang, ga perlu kita menghapalkan materi pelajaran. Semua sudah tersedia di Internet. Dulu kita dipaksa menghapalkan bahwa Tunki Ariwibowo adalah Mentri Muda Perindustrian, Joop Ave adalah Menparpostel, Murdiyono adalah Mensesneg, hapal Eka Prasetya Pancakarsa, Butir2 Pancasila, dan banyak lagi. Anak2 sekarang (bahkan orang tua) banyak yang tidak tahu siapa Lukman Hakim Syarifudin, Heroe Soelistyawan, dan nama2 pejabat pemerintahan lainnya.
Era sudah berbeda...
Dulu pengajaran dalam metode 5w1h, lebih mengutamakan Who, What, Where, When. Sementara sekarang Why dan How lebih menarik (karena memang  terkadang hal ini tidak tercover dalam materi konvensional). Seperti materi sejarah Perang kemerdekaan, Why dan How selalu dari sudut pandang RI, sementara sudut pandang Belanda diabaikan.
Bagaimana dengan beladiri? Ternyata sama saja!
Why dan how terkadang diabaikan... Tunggu, kenapa how malah diabaikan, sementara kita belajar teknik beladiri?? Nah, ini adalah konsep dasar tadi itu.
Kalau belajar cara fotokopi, konsep dasar ini sering miss, dulu diajarkan "begini" nah, kenapa sampai bisa "begini" ini tidak tersurat. Kenapa kaki melangkah ke depan? Kenapa pakai kuda2 ini, kenapa posisi tangan begini? Terkadang tidak bisa dijelaskan ini adalah "why".
How malah lebih parah lagi, gimana cara eksekusi teknik ini kalau lawan xxx, gimana cara eksekusi teknik ini kalau lawan yyy. Kalau cuma bisa satu kondisi, tentu ketika ketemu kondisi lain kita akan kebingungan.
Satu teknik dasar, kalau dikulik cukup dalam, bisa makan waktu yang lama. Nah sebagai pelatih, kita harus bisa menangkap konsep dasar tersebut, lalu mengembangkannya dalam koridor yang sudah ditentukan, lalu kita share kepada kohai/murid kita.
Perdalam materi, ikutlah latihan di tempat lain, hadiri gathering/gashuku/seminar beladiri. Kembangkanlah materi yang ada. Kita sebagai pelatih, tentu bisa menyerap materi lebih baik daripada orang awam buka youtube. Jangan sampai murid/kohai kita lebih menguasai materi hanya dengan bermodalkan video youtube #gengsidong hehehe...
Intinya adalah, jaman sudah berubah, kita harus bisa menyesuaikan diri dengan jaman kalau tidak mau dilindas olehnya

Selasa, 11 Februari 2014

Sepuluh tidak menurunkan

Sepuluh "tidak menurunkan"

1. Tidak menurunkan kepada yang berbeda keyakinan.
2. Tidak menurunkan kepada yang tidak mengerti arti hubungan guru murid.
3. Tidak menurunkan kepada yang tidak memiliki "De" (virtue). (kebajikan / akhlak)
4. Tidak menurunkan kepada yang tidak bisa menjaga rahasia.
5. Tidak menurunkan kepada yang suka kabur sebelum selesai.
6.tidak menurunkan kepada yang melupakan guru setelah mendapatkan ilmu
7.tidak menurunkan kepada yang tidak pernah puas
8.tidak menurunkan kepada yang suka marah dan sakit hati
9.tidak menurunkan kepada yang terlalu serakah
10.tidak menurunkan kepada yang mempunyai sifat jahat.

kriteria lapis kedua, sesudah lolos yang lapis pertama (yang 10 poin).
1. Tidak menerima orang berjiwa kutu loncat dan tidak berbakti,
2. Tidak menurunkan kepada orang yang bibit bebet bobotnya tidak baik,
3. Tidak menerima orang yang hatinya tidak lurus,
4. Tidak menurunkan kepada orang yang kasar dan tidak bisa berhati-hati,
5. Tidak menerima orang sombong (yang menganggap dirinya yang paling layak atau paling hebat, di matanya nggak ada orang lain),
6. Tidak menurunkan kepada orang yang tidak tahu adat dan tidak tahu terimakasih,
7. Tidak menerima orang yang tidak berpendirian teguh, dan
8. Tidak menurunkan kepada orang yang dapatnya cepat tapi lupanya cepat juga.

by batikguy

posted from Bloggeroid

Minggu, 24 Maret 2013

Operation: Tadpole

Suatu sore, di Rammstein Base, Jerman, Captain Hook memanggil 3anak buahnya Lt. West, Lt. Stone, dan Lt. Grey. Hook meminta kesediaan 3 orang tersebut untuk secara diam-diam mengumpulkan orang untuk membuat suatu BlackOps. Black Ops tersebut terkait dengan kasus beberapa Hari sebelumnya, dimana seorang GI tewas dikeroyok sekumpulan Neo Nazi, dan kemudian beberapa hari setelahnya ada penusukan warga Amerika, tak jauh dari wilayah pengeroyokan sebelumnya. Saat ini Polisi Jerman telah berhasil menangkap 4 dari pelaku pembunuhan itu.

Menurut intel yang diperoleh, Pemerintah Federal Jerman merasa tidak nyaman dengan ke-empat orang tersebut, sehingga mereka dalam 3 hari sudah berpindah 4kali tempat penahanan danterakhir berada di Penjara Kaulquappestad, 70km dari Rammstein. Adapun keempat pelaku adalah: Piotr Woley (26) Poland; Pavel Jocko (30) Czech; Samir Boganovic (21) Bosnia; dan Lukasz Schwarz (33) desertir Bundeswehr.
Mereka adalah para imigran pengangguran yang datang dari timur, dan direkrut Schwarz untuk bergabung dalam kelompok Neo Nazi dan menjadi kaki tangan para pelaku bisnis ilegal.

Pemerintah Federal pada dasarnya ingin melenyapkan mereka, tetapi masih terbentur aturan yang ada. Maka, Atache Keamanan USA di Jerman diam-diam mengontak Frau Merkel menawarkan tangan untuk menjalankan hal ini, dan Frau Merkel pun setuju. Hal ini tampak dimana sekarang posisi penahanan mereka di Penjara Kaulquappestad, yang cukup terisolir jauh dari pemukiman warga. Panglima Bundeswehr dan Kepala Polisi Federal juga sudah diinformasikan, serta menyetujuinya. Atase militer akhirnya meminta Captain Hook untuk mempersiapkan tim.

Pada malam hari setelah makan malam, West, Stone dan Grey membawa total 12orang menemui Hook, dan untuk kamuflase, mereka seolah-olah sedang menonton Laga Bayern Munchen vs Dortmund. Dalam briefing tersebut, dijelaskan bahwa operasi akan dimulai pada jam 00.30 malam, berupa rendesvouz di titik A, 3km tenggara Ramstein, 00.45 mereka berangkat ke Kaulquappestad. 01.45 tiba, eksekusi, Mundur 02.30, 03.30 kembali Ke Rammstein. Persenjataan yang digunakan adalah AK-47 dan perlengkapan Blok timur yang lainnya, haram penggunaan persenjataan NATO. Briefing pun selesai.

00.30 tim tiba di titik A secara tersebar. Titik A dipilih dikarenakan A adalah blinspot dari Ramstein, sehingga pengamanan cukup longgar. Kendaraan berua Unimog telah siap dan mengantarkan mereka ke Kaulquappestad. Dalam perjalanan, ada yang bertanya, kenapa daerah situ dinamakan Kaulquappestad? Ternyata dikarenakan disana itu pada awalnya adalah rawa2yang banyak sekali memiliki kecebong (kaulqquappe). Grey bertanya pada Hook, kenapa harus silent? Harusnya operasi ini juga untuk memberikan efek shock terapy, do not mess with us, the US. Grey menyarankan operasi ini menjadi eksekusi publik. Hook pun berkonsultasi pada Atase Militer, dan greenlight, eksekusi diterima.

01.45 mereka tiba, dan disana sudah ada satu agen CIA yang ditugasi untuk mengawasi penjara itu. Hingga saat ini total tim adalah 17 orang. Dari agen CIA tersebut, diketahui bahwa yang ditusuk itu juga merupakan agen CIA yang ditugaskan untuk mengawasi kelompok Schwarz. Hook dan West mendatangi penjagaan, sementara tim Stone memutus jalur komunikasi. Hook dan West ternyata tidak bisa meyakinkan sipir penjaga, sehingga West sampai mengeluarkan Granat dan bilang kepada sipir penjaga, "kalau kau tidak buka pintu ini, biar aku jatuhkan granat ini ke dalam. Kami di luar aman dari ledakan, tapi kalian yang di dalam entah gimana". Sipir penjaga pun ketakutan lantas membukakan pintu. Ketika pintu dibuka, Grey lantas masuk dan mempopor para sipir yang ada lantas meringkus mereka menggunakan cable tie. Hook masuk ke ruang kontrol CCTV dan mengambil hardisk perekam CCTV. Setelah seluruh sipir bisa dilumpuhkan, seluruh tim bergabung di tengah lapangan Penjara, dan menuju ke Blok D tempat kelompo Schwarz ditahan. Mereka ada di Kamar D103, D131, D221, dan D113. Setelah ditemukan, mereka lantas dikumpulkan di tengan Blok D, dan dieksekusi bersamaan oleh seluruh tim(hasil forensik kemudian menyatatakan bahwa paling tidak dalam 1 mayat terdapat 20 luka tembakan). Setelah selesai, mereka keluar dan kembali ke Rammstein, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Sementara itu si agen CIA tetap berada di Kaulquappestad untuk mendistract info mengenai penyerbuan ini.

Pagi hari, media Jerman heboh mengenai penyerbuan ini. Dikarenakan keempat korban adalah tersangka pembunuh tentara Amerika, maka kecurigaan kepada pihak Amerika (dalam hal ini Rammstein) menguat. Komandan Rammstein menolak bertanggung jawab, menurutnya seluruh tentara Amerika berada dalam Posnya pada saat itu. Panglima NATO pun menyatakan, tidak ada tentara anggota NATO yang terlibat, tapi Panglima NATO juga menyatakan bahwa, kriminal-kriminal, janganlah berbuat sesuatu yang kalian tidak ingin rasakan akibatnya.

Hingga sekarang, operation: Tadpole masih menjadi misteri

posted from Bloggeroid

Jumat, 22 Maret 2013

Hierarki?


Ketika foto ini saya share di timeline saya dari page "anda bertanya, habib rizieq menjawab", beberapa komen merasa salut dengan Chavez. Tapi, ada satu komen dari sempai Johny Sadaka, yang menyatakan jangan dengan mudah menyalahkan orang.

Saya pun berpikir, pada awalnya saya mempunyai pikiran kalau sempai Johny Sadaka tidak tahu page seperti apa #abhrm itu. Tapi kemudian saya pikir lagi, kemungkinan ada perbedaan pemahaman lintas generasi yang terjadi. Seperti yang ada dalam janji kempo, "...menghormati atasan, tidak meremehkan bawahan, saling mengasihi, saling menolong...", tentu tampak yang foto kedua, dimana pada berebut untuk mencium tangan raja/syeikh Qatar adalah perwujudan dari poin menghormati atasan.

Tapi,kembali lagi. Dalam Rapernas Perkemi 2013 kemarin, ss. Indra Kartasasmita menyatakan kurang lebih isinya, "Dalam Kempo tidak ada yang namanya Demokrasi, yang ada hanyalah Hierarki". Hierarki itu sifatnya vertikal, sementara Demokrasi itu sifatnya horizontal. Ketika atasan/senior berkata A, maka bawahan/junior pun harus mengikuti, menyetujui, dan menjalankan A tersebut. Inilah hierarki yang menekankan diri pada poin menghormati atasan yang ada dalam janji tersebut.

Tapi, kembali lagi.... Saya sering melihat kalau sempai cenderung lebih mengalah dan sayang kepada Kohainya. Dalam Gashuku, kyukenshi lebih diutamakan untuk makan dulu, sementara Yudansha makan belakangan kalau yang Kyukenshi sudah dapat jatah makan semua. Suatu ketika saat rapat, para sesepuh kempo Kota Yogya tidak makan snack box yang disiapkan panitia ketika melihat tidak semua peserta rapat dapat, mereka malah menyuruh semua snack box itu dibuka dan isinya dibagi kepada seluruh peserta rapat. Ada temen yang baru dapat rejeki sedikit, lantas mengajak kohai2nya di dojo untuk mancing ikan bareng. Almarhum papa juga sering "nyangoni" kohainya ketika mereka berkunjung ke kantor (yang saya ingat, ketika papa dinas di Tasikmalaya, ada beberapa kohai dari Tegal datang ke kantor.. entah urusan apa, dan pulangnya disangoni)

Jadi kembali lagi ke foto diatas, manakah yang bisa dikatakan pemimpin sejati? Masing masing tentu memiliki dasar dan pemahaman tertentu sehingga bisa memilih :)

posted from Bloggeroid

Sabtu, 12 Januari 2013

Sudut pandang

Couldn't agree more, terkadang sudut pandang yang berbeda lebih mengasyikkan :p


posted from Bloggeroid